Thursday, February 10, 2011

Konsumen Baru Adibusana

CHANEL/CHRISTIAN DIOR Gaun adibusana dari Chanel (kiri) dan Christian Dior (tengah dan kanan). GramediaShop : Silence In The Daylight GramediaShop : Keluarga Panderwick Senin, 7/2/2011 | 09:32 WIB

KOMPAS.com - Dengan keeksklusifannya, adibusana diprediksi akan punah dari industri mode, terutama ketika berhadapan dengan resesi ekonomi. Namun faktanya, lini tersebut tetap diminati dengan berbagai perubahan yang terjadi di dalamnya.

Dalam pementasan Paris Haute Couture Spring/Summer 2011 yang berlangsung pada pekan terakhir Januari, misalnya, beberapa perancang menyuguhkan sesuatu yang berbeda untuk menggaet pelanggan baru.

Terinspirasi dari moto favoritnya, ”mode selalu berubah”, Karl Lagerfeld menonjolkan kesederhanaan untuk label Chanel dalam peragaan busana di bangunan tua Rue Cambon, yang letaknya berseberangan dengan apartemen Coco Chanel yang lama. Tempat ini lebih kecil dibandingkan pergelaran yang digelar pada Juli dan Oktober tahun lalu, yaitu di Grand Palais.

Lagerfeld menampilkan gaun-gaun dengan potongan sederhana, celana panjang lurus, dan jaket yang desainnya lebih menyerupai kemeja. Satu hal yang menonjol dalam pertunjukan ini adalah tak ada sepatu hak tinggi. Semua model memakai sepatu datar.

”Inilah cara perempuan muda berpakaian pada zaman sekarang. Adibusana bukan hanya untuk wanita dewasa,” kata Lagerfeld, dalam www.guardian.co.uk.

Dengan dominasi warna pink pucat dan abu-abu, koleksi Chanel terdiri dari celana panjang hitam dan perak yang dipadukan dengan atasan bergaya tunik, yang sering dipakai di Asia dan Timur Tengah, atau jaket dari wol yang ditenun. Model tersebut disediakan untuk pakaian pada siang hari. Sebagai pemanis, syal yang biasanya dililitkan di leher kali ini diikatkan di sekitar pinggul.

Sedangkan untuk gaun malam, kilau gaun dari rangkaian payet, kristal, dan manik-manik diberi aksen warna hitam berupa choker atau ikat pinggang dari pita.

Dari rumah mode Christian Dior, John Galliano, yang biasanya tampil dengan rancangan unik dan spektakuler, kali ini memilih untuk memperlihatkan kesan elegan. Galliano mendesain gaun dengan siluet feminin yang inspirasinya berasal dari karya ilustrator mode Rene Gruau. Gruau adalah sosok yang sering memberikan ide bagi Dior dan membawa perubahan dalam lahirnya kembali mode di Perancis setelah Perang Dunia II.

Gaya feminin rancangan Galliano terlihat pada gaun indah dengan potongan seperti angsa, gaun dari tule yang menampilkan perubahan warna dari merah ke hitam, atau gaun tule berlapis yang menggabungkan warna kuning dan off-white. Kesan feminin juga dimunculkan melalui sarung tangan panjang hingga siku serta rias wajah dengan warna bibir merah menyala.

Pada pergelaran lain, Jean Paul Gaultier menggabungkan gaya cancan (tarian penuh energi dari Perancis) dan punk dari London untuk label Gaultier Paris Couture. ”Saya ingin sesuatu yang modern dan tajam,” kata Gaultier, yang berhenti menjadi perancang Hermes sejak musim gugur lalu untuk fokus pada labelnya sendiri.

Penggabungan kedua gaya tersebut salah satunya terlihat pada gaun panjang dengan garis horizontal. Gaultier juga banyak memakai warna hitam, seperti untuk trenchcoat (mantel panjang) dari sutra atau gaun panjang.

Dengan subtema ”Manhattan”, Gaultier mendesain jaket penuh warna dengan motif gaya Afrika yang dilukis dengan tangan. Jaket ini dipadukan dengan legging hitam.

Sementara sentuhan kental Perancis diperlihatkan perancang berusia 58 tahun tersebut melalui berbagai variasi little black dress dari sutra, sifon, dan tule.

Perancang asal Italia, Giorgio Armani, yang selalu menjadi favorit para selebriti Hollywood di acara karpet merah, tampil dengan desain bergaya futuristik, seperti yang dilakukan Pierre Cardin pada tahun 1960-an. Dengan meninggalkan bahan poliester yang dipakai Cardin, Armani membuat busana yang tak terlihat kaku di tubuh para modelnya.

Adibusana, yang bisa didefinisikan sebagai pembuatan baju tingkat tinggi dengan menggunakan tangan, lahir di Perancis. Busana jenis ini dibuat eksklusif berdasarkan pesanan pelanggan, dengan memakai bahan berkualitas tinggi dan detail yang biasanya lebih rumit dibandingkan busana siap pakai. Tak heran kalau baju-baju adibusana berharga tinggi.

Di Perancis, terminologi adibusana dilindungi oleh undang-undang dan hanya rumah mode dengan klasifikasi tertentu yang berhak menyandang label tersebut. Adalah organisasi yang disebut Chambre Syndicate de la Haute Couture yang berhak menetapkan produksi sebuah rumah mode bergaya adibusana atau tidak.

Syarat yang harus dipenuhi rumah mode tersebut adalah desain harus dibuat untuk pesanan pribadi, memiliki tempat produksi di Paris dengan jumlah pekerja minimal 15 orang, serta mempresentasikan koleksi baru pada media dua kali setahun untuk pakaian siang dan malam hari, minimal 35 busana di setiap pergelaran.

Meski kondisi ekonomi sangat berpengaruh terhadap keberadaan adibusana, faktanya bisnis busana eksklusif ini tetap bertahan dan menjangkau konsumen kelas atas di sejumlah negara. Setelah memperlihatkan rancangan kepada konsumen di Paris, Lagerfeld akan menjangkau pasar baru di beberapa kota, termasuk Shanghai, China.

Sementara data yang disebutkan dalam sebuah tulisan di Guardian menyebutkan, Armani mendapat kenaikan penjualan sebanyak 45 persen pada tahun 2010. Salah satunya dipengaruhi oleh peragaan busana yang digelar di Dubai.

(Yulia Sapthiani)




Editor: Dini

0 comments: